Salah satu tantangan terbesar dalam
penerapan syari’at Islam di Aceh adalah belenggu pemikiran yang menjajah semua
elemen masyarakat Aceh. Belenggu pemikiran ini menjadikan ajaran Islam
tercampak keluar dari gelenggang kehidupan. Padahal, ajaran Islam seharus
terintegrasi dalam setiap urusan dan tatanan kehidupan kita.
Hal itu diungkapkan oleh
Tgk.H.M.Yusuf A.Wahab, Pimpinan Dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunieb Kabupaten
Bireuen, saat mengisi pengajian rutin yang diadakan oleh Kaukus Wartawan Peduli
Syari’at Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Simpang Mesra Banda Aceh
(Kamis, 11/4/2014).
Masyarakat Aceh seharusnya melihat
semua persoalan dengan kacamata Iman setelah mengatakan diri beriman. Sebab,
Islam kaffah itu meliputi pemahaman dan juga perilaku, katanya.
Tgk.H.M.Yusuf A.Wahab yang juga
Ketua PC NU Bireuen ini mengatakan, untuk mengintegrasikan kembali ajaran Islam
dalam semua tatanan kehidupan, kita harus melepas diri dari belenggu pemikiran.
Menurutnya, ada lima sebab awal
yang menghalangi terintegrasinnya nilai-nilai Islam dalam seluruh aspek
kehidupan.
Ø Pertama,
pemikiran dibelenggu oleh kehidupan. Kehidupan kita cenderung terfokus pada
kehidupan semata dan lupa pada kehidupan abadi. Kita lupa pada kematian yang
pasti.
Ø Kedua,
Pemikiran kita dibelenggu oleh dunia. Kita lupa akhirat. Seorang muslim harus
menghindari diri dari dunia yang membelenggunya.
Ø Ketiga,
Pemikiran kita dibelenggu oleh dosa-dosa. kita terlalu mencintai dosa dan lupa
untuk taubat. Padahal seorang muslim itu harus senantiasa melakukan taubat.
Sebab, Rasulullah saja yang dijamin masuk syurga selalu bermuhasabah, selalu
taubat. Sementara kita yang tidak dijamin masuk syurga justru jarang melakukan
taubat.
Ø Keempat,
Cinta pembangunan. Kita mencintai pembangunan di dunia namun lupa membangun
kuburan. Padahal, kondisi kita di alam kubur akan menentukan kemana kita akan
menuju, ke syurga atau neraka.
Ø Kelima,
terbelenggu dengan interaksi sesama. Kita berinteraksi secara sosial dengan
sesama makhluk, namun lupa membangun interkasi yang kuat dengan sang al-Khalik
pencipta makhluk.
Menurut ulama muda yang biasa
disapa Tusop ini, cara mengintegrasikan Islam dalam pemahaman adalah dengan
membangun kesadaran penuh bahwa bahwa kita hidup bukan untuk hidup dan
kesuksesan dalam kacamatan Iman adalah hidup yang bisa menyelamatkan kematian. “Orang
yang cerdas adalah mereka yang bisa menjaga hawa nafsunya dan beramal untuk
kehidupan setelah kematian” terangnya dengan mengutip sebuah hadist.
Pada titik ini, Iman adalah
kekuatan yang mampu membuat kehidupan makhluk menjadi kekuatan yg bisa
memperkuat kehidupan abadi, menjadi lahan invetstasi akhirat sehingga orang
Islam yang lupa menyelamatkan kemaatian berarti ia tidak mengintegrasikan Islam
dalam kehidupannya. Sebaliknya, jika integrasi ini sudah dilakukan, maka
seorang sudah melakukan integrasi awal nilai Islam dalam kehidupan, tegasnya.
sumber
foto: Foto Tgk H.M.Yusuf A.Wahab, Zainal Arifin M.Nur Serambi Indonesia
0 comments:
Post a Comment