Sejarah Singkat Berdirinya PERTI
Minangkabau
merupakan wilayah yang terkenal kuat keterkaitannya pada adat, disamping itu,
Minangkabau adalah salah satu daerah yang mengalami proses Islamisasi sangat
dalam. Akan tetapi Sulit dipastikan kapan sebenarnya Islam masuk ke daerah ini.
Ada yang mengatakan abad ke-8, abad ke-12 dan bahkan ada juga yang
memperkirakan abad ke-7 karena menurut almanak tiongkok, sudah didapati suatu
kelompok masyarakat Arab di Sumatera Barat pada tahun 674 M. [1]
Terlepas dari berbagai versi yang ada, Hamka mengatakan bahwa raja Islam
pertama di Minangkabau (pagaruyung) adalah Raja Alam Arif sekitar tahun 1600 M.
Oleh karena pusat kerajaan ini jauh dari daratan, diperkirakan bahwa dengan
masuknya raja tersebut, berarti Islam telah menyebar di wilayah Minangkabau
sekitar tahun 1600 M tersebut. [2]
Sejak
Islam masuk ke Minangkabau, telah terjadi beberapa kali pembaharuan. Pada awal
abad ke-20 muncul gerakan pembaharuan Islam di Minangkabau yang dipelopori oleh
kaum muda. Gerakan itu bertujuan untuk mengubah tradisi, terutama gerakan
tarekat. Kaum muda melakukan perubahan melalui pendidikan, dakwah, media cetak
dan perdebatan. Mereka mendirikan lembaga-lembaga pendidikan seperti Sumatera
Thawalib yang lebih mengutamakan ilmu-ilmu untuk menggali dan memahami Islam
dari sumbernya.
Menyadari
gencarnya kegiatan kaum muda, kaum tua pun mulai bergerak, mereka melakukan
reaksi yang sama, yaitu dengan menerbitkan majalah. Diantara majalah yang
mereka terbitkan termasuk Suluh Melaju di Padang (1013), al-Mizan di Maninjau
(1918) yang diterbitkan oleh organisasi local Sjarikat al-Ihsan, Al-Mizan,
(lain pula) 1928 dan Suarti (Suara Perti) dalam tahun 1940 yang berkenaan
dengan soal-soal organisasi.[3]
Dalam bidang pendidikan, kaum tua mengaktifkan lembaga surau. Kaum tua juga
membentuk suatu perkumpulan yang bernama Ittihadul sebagai tandingan kaum muda
yang dikenal dengan PGAI. [4]
Diilhami
oleh perkembangan tersebut, timbullah niat Syekh Sulaiman Ar-Rasuly untuk
menyatukan ulama-ulama kaum tua dalam sebuah wadah. Untuk itu, Syekh Sulaiman
Ar-Rasuly, memprakarsai suatu pertemuan besar di Candung Bukittinggi pada tanggal
5 Mei 1928.[5]
Pertemuan itu dihadiri oleh sejumlah kaum tua, diantaranya Syekh Abbas
al-Qadhi, Syekh Muhammad Djamil Djaho, Syekh Wahid ash-Shahily dan ulama kaum
tua lainnya. Dalam pertemuan itu disepakati untuk mendirikan Madrasah Tarbiyah Islamiyah
yang disingkat dengan MTI.
Pada
tahun 1930, mengingat pertumbuhan dan perkembangan madrasah-madrasah Tarbiayah Islamiyah,
timbullah keinginan Syekh Sulaiman Ar-Rasuly untuk menyatukan ulama-ulama kaum
tua, terutama para pengelola madrasah dalam suatu wadah organisasi. Untuk itu,
ia mengumpulkan kembali ulama-ulama kaum tua di Candung Bukittinggi pada
tanggal 20 Mei 1930.[6]
Pertemuan ini memutuskan untuk membentuk organisasi Persatuan Tarbiyah Islamiyah
yang disingkat dengan PTI. Ketika terbentuknya organisasi ini ada 7 Madrasah
Tarbiyah Islamiyah kepunyaan kaum Tua yang tergabung di dalamnya. Pada tahun
1930 PTI mendapatkan pengakuan resmi dari pemerintah sebagai badan hukum, yang
oleh karena itu tahun 1930 disebut juga sebagai tahun pertama bagi PTI. Jumlah
ulama yang menggabungkan diri dengan PTI cukup banyak.[7]
Pada
tahun 1935 diadakan rapat lengkap di Candung Bukittinggi yang menunjuk H.
Siradjudin Abbas sebagai ketua Pengurus Besar PTI. Pada masa kepengurusan ini,
berhasil disusun Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan disahkan oleh
konfrensi tanggal 11-16 Februari 1938 di Bukittinggi, dan disepakati juga
singkatan Persatuan Tarbiyah Islamiyah berubah menjadi PERTI. Ketika itu
dirumuskan pula tujuan organisasi ini, yaitu:
1. Berusaha
memajukan pendidikan agama dan yang bersangkutan dengan itu.
2. Menyiarkan
dan mempertahankan agama Islam dari segala serangan.
3. Memperhatikan
kepentingan ulama-ulama, guru-guru sekolah agama seluruhnya, terutama
sekolah-sekolah Tarbiyah Islamiyah.
4. Memperkukuh
silaturahmi sesama anggota.
5. Memperkukuh
dan mempekuat ‘adat nan kawi, syara’ nan lazim” dalam setiap negeri.[8]
............"INGIN LEBIH LENGKAP HUBUNGI SAYA VIA FB nasroel jeunieb"...................
[1] Taufik Abdullah, Sejarah dan
Masyarakat, Lintas Historis Islam di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Firdaus.
1987), h. 111-112
[2] Hamka, Ayahku Riwayat Hidup
Dr. H. Abd Karim Amrullah dan Perjuangan Kaum Agama, (Jakarta: Widjaya.
1950), h. 5.
[3] Deliar Noer, Gerakan Modern
Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3ES. 1980), h. 241.
[4] Deliar Noer, Gerakan Modern…,
h. 241.
[5] Dewan Redaksi Ensiklopedia
Islam, Ensiklopedi Islam 4, (Jakarta Ikhtiar Baru Van Hoove,
1994), h. 97.
[6] Nelmawarni, dkk, “Persatuan
Tarbiyah Islamiyah (PERTI)”, dalam Sosiohumanika 16B (1), (Padang: IAIN-IB
Press. 2003), h. 52.
[7] Karel A. Steenbrik, Pesantren,
Madarasah, Sekolah, (Jakarta: LP3ES. 1974), h. 64.
[8] Nelmawarni, Persatuan
Tarbiyah..., h. 53.
0 comments:
Post a Comment